Dalam kesempatan kali ini kita coba berbagi sedikit tentang pengertian dzikir dan doa menurut para ulama. Hubungan Dzikir dan Doa seperti yang sudah disebutkan, antara dzikir maupun doa sangat erat kaitannya, bahkan sering diidentikkan.
Setiap muslim yang berdoa kepada Allah Swt., misalnya meminta barakah dan keselamatan di dunia dan akhirat, maka secara otomatis muslim tersebut telah berdzikir kepada Allah Swt. Oleh karena itu, sebagian ulama ada yang mengatakan doa adalah dzikir karena identiknya.
Dengan Doa sudah terbukti dapat mengubah segalanya. Tuhan telah merumuskan kesuksesan dalam tiga hal, yaitu berdoa, berusaha, dan berpasrah. Allah berjanji akan mengabulkan doa yang dipanjatkan oleh umat-umatnya tanpa terkecuali. Meskipun demikian, apa yang di jelaskan melalui liputan informasi berikut ini baik secara lughah (bahasa) dan istilah, tentu saja pengertian dzikir dan doa berbeda, meskipun keduanya identik dan sama-sama amal baik.
Pengertian Dzikir
Dzikir secara bahasa adalah mengingat, artinya bersifat umum. Setiap aktivitas pikiran ketika mengikat sesuatu secara bahasa bisa disebut dzikir. Mengingat utang berarti dzikir utang, mengingat istri dan anak bagi yang sudah berkeluarga artinya dzikir keluarga, dan aktivitas pikiran lainnya jika mengingat sesuatu artinya dzikir secara bahasa.
Lain bahasa, lain istilah. Menurut istilah agama Islam, dzikir adalah mengingat Allah Swt. Cukupkah hanya dengan mengingat Allah bisa diartikan dzikir? Tentu saja tidak. Sebab, dzikir adalah bagian dari iman. Sehingga, bagi umat Islam yang merasa beriman harus dzikir kapan pun dan di mana pun.
Lalu, bagaimana gambaran besarnya dzikir yang diperintahkan oleh Allah Swt.? Yaitu dengan cara melaksanakan setiap perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Sampai di sini, sudah cukup jelas bahwa dzikir bukan hanya aktivitas pikiran ketika mengingat Allah Swt., tapi sekaligus aktivitas perasaan dan perbuatan sebagaimana tadi sudah dijelaskan.
Aktivitas Pikiran, Perasaan, dan Perbuatan
Jika dzikir bukan sekadar aktivitas pikiran, namun sekaligus aktivitas perasaan dan perbuatan, maka dzikir pada praktiknya yang sahih (benar) tak bisa mengandalkan satu pilar saja, yaitu mengingat. Namun harus dibantu oleh pilar lainnya, yaitu merasa dan melakukan. Sebagimana firman Allah Swt. dalam surat Al-Kahfi: 28.
“Dan bersabarlah Engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhanya pada pagi dan senja hari dengan mengharapkan keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta mengikuti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.”
Selanjutnya, para ulama memperluas pengetian dzikir menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut.
Dzikir qalbi adalah dzikir yang dilakukan untuk mengingat Allah Swt. dengan hati. Sebagaimana kita tahu, hati manusia sangat mudah sekali berubah. Baru saja senang, tak lama kemudian sedih. Tadi terharu, sekarang tiba-tiba kecewa, bahkan tanpa alasan yang jelas. Begitulah hati manusia yang rapuh dan labil. Alangkah mulianya Rasulullah saw. yang menganjurkan umat Islam untuk selalu berdoa untuk menjaga keimanan dan stabilitas hatinya supaya senantiasa tenang, ikhtiar, dan tawakal. Adapun doanya adalah, “Wahai yang membolak-balikkan hati (Allah Swt.), tetapkanlah hati kami dalam agama-Mu”
Dzikir lisani adalah dzikir yang dilakukan untuk mengingat Allah Swt. dengan lisan. Sebagimana tadi sudah dijelaskan bahwa dzikir adalah bagian dari iman. Sementara iman adalah membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan. Maka, setantiasa menjaga lisan dan ucapan, menyaringkan dzikir setelah salat, dan amal baik lainnya melalui lisan bisa dikategirikan dzikir lisani.
Pengertian Doa
Secara bahasa, doa adalah permintaan atau permohonan. Dalam ilmu ushul fiqih, paling tidak, ada 3 jenis permintaan yang ditinjau dari hubungan berbeda, sehingga istilahnya pun berbeda, yaitu sebagai berikut.
Permintaan dari Allah Swt. kepada hamba-Nya, istilahnya adalah perintah.
Permintaan dari hamba kepada hamba yang lain, istilahnya adalah iltimas.
Permintaan atau permohonan dari hamba kepada Allah Swt., istilahnya adalah doa.
Dari penjelasan singkat di atas, kita bisa mendapatkan gambaran bahwa doa adalah permintaan atau permohonan dari seorang hamba kepada Tuhannya. Tentu caranya pun khusus dan istimewa supaya doanya dikabulkan.
Para ulama kemudian pemperluas pengertian doa sebagai permohonan umat manusia kepada Allah Swt. dengan diiringi sikap tawadu (rendah hati), khusuk (fokus), tadaruk (sepenuh hati), ketika menghadapkan diri kepada-Nya supaya memantaskan diri seorang hamba yang sedang memerlukan bantuan Tuhannya dan memohon untuk dikabulkan permintaannya.
Berdoa dengan sepenuh hati banyak sekali dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Quran. Di sana dijelaskan bahwa timbulnya rasa sepenuh hati ketika berdoa hanya bisa terwujud jika berdoa disertai keikhlasan. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat Al-Araaf: 55.
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah hati dan suara yang lembut, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melampui batas.”
Doa yang disertai keikhlasan adalah kebiasaan yang dilakukan oleh orang yang saleh. Mengapa berdoa harus dengan sepenuh hati? Sebab dengan sikap itu akan memantapkan jiwa umat Islam, menjaga lisan, dan selalu menghiasinya dengan untaian doa, baik ketika senang apalagi sedih, ketika bahagia apalagi menderita, ketika lapang apalagi kesulitan.
Tak hanya berdoa sepenuh hati dan ikhlas, Al-Quran pun menjelaskan orang-orang yang taat beribadah selalu takarub (mendekatkan diri) dengan cara terus-menerus memanjatkan doa. Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa dikabulkannya doa dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut.
Dikabulkan sesuai dengan permintaan bahkan dalam waktu yang relatif cepat.
Dikabulkan dalam bentuk yang lain dan lebih baik.
Dicatat sebagai amal baik dan diberikan ketika di akhirat.
Ibadah sangat luas ruang lingkupnya, doa pun termasuk ibadah. Ibadah yang dimaksud di sini, jika diibaratkan seperti tiang masjid, pilar bangunan, bagian yang berfungsi untuk memperkuat bagian yang lain. Dikatakan demikian, sebab doa adalah bentuk lain dari pengakuan seorang hamba kepada Tuhannya disertai kebersihan jiwanya agar terhindar dari musibah dan diselamatkan di dunia dan akhirat.
Pada dasarnya, manusia mengharapkan kebahagiaan, kebaikan, dan keuntungan. Sayangnya, kehidupan di dunia seperti putaran roda. Jika kesedihan, keburukan, dan kerugian datang, tebal atau tipisnya keimanan seorang hamba yang akan membedakan bagaimana menyikapi kenyataan pahit hidunya. Orang yang tipis imannya besar kemungkinan mereka akan frustasi dan rawan sekali menyekutukan Allah Swt.
Lain halnya dengan orang yang tebal imannya. Mereka punya perisai untuk melindungi dirinya sekaligus pedang sebagai pedang atau tombak untuk menyerang balik musuhnya. Orang yang tebal imannya mempunyai dzikir dan doa.
0 comments:
Posting Komentar